Jumlah seluruh manusia di dunia adalah 7,8 Milyar orang. Perhari 360.000 lahir dan 151.600 mati.
Memang benar: di luar alam semesta, dalam sejarah waktu, planet ini hanya sebuah kerlipan yang jauh dan terpencil. Ia berada di sebuah kosmos tempat kematian dan kehilangan nyaris bukan sesuatu yang luar biasa.Tetapi kita hidup di bumi, alamat kita sehari-hari. (Goenawan Mohammad di dalam “Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai”.)
Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa umur umat manusia di era beliau dan sesudahnya berkisaran pada umurnya beliau. Beliau meninggal di umur 63 tahun.
Usia manusia terlalu singkat untuk dihabiskan dengan sesuatu yang tidak berguna. Mengkonsumsi hal yang bergunapun rasa-rasanya juga masih merupakan suatu ketidaktepatan. Seseorang harus “mengkonsumsi” hal terbaik dari segala macam dimensi ruang dan waktu kehidupan. Belajar dari guru yang terbaik. Baca buku yang terbaik. Melakukan hal-hal terbaik. Menjalani kehidupan terbaik.
Guru yang terbaik itu adalah Para Nabi. Kehidupan terbaik itu adalah kehidupannya Para Nabi. Buku yang terbaik itu adalah bukunya Para Nabi (kitabullah).
Terdapat 140.000 para nabi dengan rentang waktu puluhan ribu tahun. Bagaimana bisa berguru kepada 140.000 orang dengan waktu yang tak mungkn dijangkau? Beruntungnya manusia akhir zaman memiliki Rasulullah, Muhammad SAW. Beliau sudah mengkodifikasi manual book kehidupan terbaik, lengkap dengan detail-detail penjelasannya.
Di ruang itu hendaknya aku nongkrong dan menghabiskan waktu sampai tibanya waktunya kematian. Kehidupan di dunia adalah lapangan perjuangan. Tidak ada istirahat, kecuali hanya untuk mengumpulkan tenaga agar dapat kembali berjuang keesokan harinya.
Imam Al-Ghazali telah memetakan empat musuh manusia, yakni dunia, makhluk, syetan dan hawa nafsu. Dari keempat tersebut, yang paling kuat adalah hawa nafsu. Rasulullah sekembalinya dari perang badar berkata kepada para sahabat bahwa mereka telah keluar dari jihad kecil (perang) menuju jihad yang besar (melawan hawa nafsu).
Perjuangan adalah menabuh genderang perang terhadap para musuh itu. Tak mungkin akan bisa menang, kecuali dengan strategi perang yang jitu. Sun Tsu dalam The Art of War telah menerangkan hal ini dengan cukup detail.